Logo ABC

Komunitas Dunia yang Tak Pernah Mendengar Adanya Pandemi Virus Corona

Sepasang migran Ethiopia berjalan di Lac Assal, sebuah danau air asin sekitar 120 km barat ibu kota Djibouti, dalam perjalanan mereka ke kota pelabuhan Obock di mana mereka berharap untuk naik perahu menyeberangi Teluk Aden. Somalia 2017.
Sepasang migran Ethiopia berjalan di Lac Assal, sebuah danau air asin sekitar 120 km barat ibu kota Djibouti, dalam perjalanan mereka ke kota pelabuhan Obock di mana mereka berharap untuk naik perahu menyeberangi Teluk Aden. Somalia 2017.
Sumber :
  • abc

"Virus ini tidak hanya menyerang orang non-Muslim, virus ini bisa menular ke semua manusia," katanya.

"Penyakit ini hanya bisa dicegah melalui kebersihan."

 IOM memberi tahu anggota masyarakat tentang COVID-19 di situs Weydow IDP di Mogadishu, Somalia, 2020. (Supplied: Hamza Osman/IOM)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengingatkan infeksi COVID-19 telah menyebar di Afrika dengan jumlah orang yang tertular lebih dari setengah juta kasus dan 11.000 orang meninggal.

Di Ethiopia sendiri tercatat 6.000 kasus dan 100 kematian karena virus corona, sementara Somalia mencatat lebih dari 3.000 kasus dan setidaknya 90 orang telah meninggal dunia.

Juru bicara IOM Afrika, Yvonne Ndege menambahkan kebanyakan dari mereka rentan terhadap virus tersebut karena sering terpaksa tidur saling berdekatan satu sama lain dan rute migrasi yang mereka lalui memiliki keterbatasan fasilitas kesehatan dan sanitasi.

"Kenyataannya adalah sebagian dari masyarakat yang paling rentan di dunia, yang cenderung tertular penyakit yang mematikan ini, malah tidak mengetahui bahwa virus ini eksis. Ini mengerikan," katanya.

Myanmar: warga "buta dan tuli" terhadap virus corona

Beberapa pekerja kemanusiaan kepada Human Rights Watch (HRW) dan Amnesty International mengatakan pemadaman internet terlama di dunia di sejumlah kawasan Myanmar telah memutus akses ke informasi penting, termasuk tentang virus corona.

Sembilan kota di negara bagian Rakhine dan Chin telah terputus dari akses seluler sehingga berdampak pada sekitar 1 juta orang yang tinggal di zona konflik.