Logo BBC

Perempuan Difabel di Yogya Ciptakan Masker Transparan bagi Tunarungu

Kelompok difabel harus berjibaku dengan berbagai kendala di tengah pembatasan dan jaga jarak sosial akibat wabah virus corona, termasuk minimnya akses informasi, kehilangan mata pencaharian, dan kesulitan berkomunikasi.

Dwi Rahayu Februarti, seorang perempuan tunarungu sekaligus tunawicara di Sleman, Yogyakarta, berinisiatif membuat masker transparan, guna memudahkan orang-orang sepertinya memahami apa yang dibicarakan lawan bicaranya.

Aksinya didorong oleh kesulitan yang dia alami saat berkomunikasi dengan lawan bicaranya selama wabah virus corona, mengingat hampir semua orang menggunakan masker.

Melalui seorang penerjemah, Dwi Rahayu menuturkan sebelum ada masker transparan yang dibuatnya, dia dan lawan bicaranya harus membuka dan menutup masker untuk berkomunikasi. Namun cara ini membuatnya khawatir terpapar virus corona.

Cara lain untuk berkomunikasi adalah dengan bertukar tulisan. Namun cara ini dianggapnya "agak repot", karena tak semua lawan bicaranya bisa baca dan tulis.

Kemudian, tebersitlah ide membuat masker transparan yang memperlihatkan bagian mulut penggunanya, sehingga memudahkan difabel tuli melihat gerak bibir lawan bicaranya.

"Dengan kewajiban pakai masker itu kita jadi kesulitan untuk komunikasi, jadi harus tukeran tulisan. Itu kadang nggak efektif karena nggak semua tuli bisa baca tulis," ujar Dwi Rahayu ketika ditemui di rumahnya di Mlati, Sleman, Yogyakarta.

"Terus akhirnya buat masker yang transparan seperti itu dan akhirnya bisa jadi pemberdayaan teman-teman untuk bisa membuat masker sendiri biar bisa dipakai buat sendiri juga. Jadi komunikasinya lebih lancar," lanjut Dwi Rahayu, seperti dilaporkan wartawan Yaya Ulya untuk BBC News Indonesia.Perempuan berusia 41 tahun ini menjelaskan bahan produksi yang dia gunakan untuk pembuatan masker hampir sama dengan masker pada umumnya.

Kain menjadi salah satu bahan utama, sementara di bagian mulut dipasang mika transparan.