Dialami Kiper Edwin van der Sar, Pendarahan Otak Bisa Picu Kematian?

Kiper legendaris Timnas Belanda, Edwin Van Der Sar
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin

JAKARTA – Mantan kiper Manchester United, Edwin van der Sar baru saja masuk ICU di rumah sakit di Kroasia. Disebutkan Van der Sar mengalami pendarahan otak ketika tengah berlibur di Kroasia.

Komentar Calon Kiper Timnas Indonesia Usai Bawa Inter Milan Sabet Scudetto

Pihak Ajax Amsterdam yang mengonfirmasi kondisi Van der Sar. Mereka menyebut dia kini masih stabil, namun harus mendapatkan perawatan intensif. Lantas, apa itu pendarahan otak? Apa bahayanya serta gejala yang bisa dikenali? 

Karena otak tidak dapat menyimpan oksigen, otak bergantung pada serangkaian pembuluh darah untuk memasok oksigen dan nutrisi. Saat terjadi pendarahan otak, oksigen mungkin tidak lagi dapat mencapai jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh yang bocor atau pecah ini.

Ernando Ari Jago Banget, Timnas Indonesia Butuh Naturalisasi Kiper Inter Milan?
Kiper legendaris MU & Timnas Belanda, Edwin van der Sar.

Kiper legendaris MU & Timnas Belanda, Edwin van der Sar.

Photo :
  • instagram.com/edwinvandersar1/

Pengumpulan darah dari perdarahan intrakranial atau perdarahan serebral juga memberi tekanan pada otak dan menghilangkan oksigen.Ketika pendarahan mengganggu aliran darah di sekitar atau di dalam otak, menghilangkan oksigen selama lebih dari tiga atau empat menit, sel-sel otak mati. Sel-sel saraf yang terkena dan fungsi terkait yang mereka kendalikan juga rusak.

Tukul Arwana Masih Rutin Jalani Terapi, Anak Minta Doa

Apakah pendarahan otak fatal?

Dikutip dari laman Cleveland Clinic, pendarahan otak, terlepas dari lokasinya, biasanya terjadi secara tiba-tiba. Namun, beberapa, misalnya, hematoma subdural, dapat memakan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu sebelum gejala berkembang.

Pendarahan otak menyebabkan kerusakan otak dan ya, bisa mengancam jiwa. Keseriusan dan akibat dari pendarahan otak bergantung pada penyebabnya, lokasi di dalam tengkorak, ukuran pendarahan, jumlah waktu yang berlalu antara pendarahan dan pengobatan, usia Anda, dan kesehatan secara keseluruhan. Begitu sel-sel otak mati, mereka tidak beregenerasi. Kerusakan bisa parah dan mengakibatkan kecacatan fisik, mental, dan berbasis tugas.

Penyebab perdarahan otak

Perdarahan di otak memiliki beberapa penyebab, antara lain:

Ilustrasi otak.

Photo :
  • U-Report

- Trauma kepala, yang disebabkan oleh jatuh, kecelakaan mobil, kecelakaan olahraga atau jenis pukulan lain di kepala.

- Tekanan darah tinggi (hipertensi), yang dapat merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan pembuluh darah bocor atau pecah.

- Penumpukan timbunan lemak di arteri (aterosklerosis).

- Gumpalan darah yang terbentuk di otak atau berpindah ke otak dari bagian tubuh lain, yang merusak arteri dan menyebabkannya bocor.

- Pecahnya aneurisma serebral (titik lemah di dinding pembuluh darah yang membengkak dan pecah).

- Penumpukan protein amiloid di dalam dinding arteri otak (angiopati amiloid serebral).

- Kebocoran dari koneksi yang terbentuk secara tidak normal antara arteri dan vena (malformasi arteriovenosa).

- Gangguan perdarahan atau pengobatan dengan terapi antikoagulan (pengencer darah).

- Tumor otak yang menekan jaringan otak menyebabkan perdarahan.

- Merokok, penggunaan alkohol berat, atau penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain.

- Kondisi yang berkaitan dengan kehamilan atau persalinan, termasuk eklamsia, vaskulopati postpartum, atau perdarahan intraventrikular neonatal.

Ilustrasi tumor

Photo :
  • Freepik/kjpargeter

Gejala Pendarahan Otak

Gejala pendarahan otak tergantung pada area otak yang terkena. Secara umum, gejala pendarahan otak dapat meliputi:

Tiba-tiba kesemutan, kelemahan, mati rasa, atau kelumpuhan pada wajah, lengan atau tungkai, terutama pada satu sisi tubuh. Sakit kepala seperti tiba-tiba sakit kepala yang disebut "thunderclap" parah terjadi dengan perdarahan subarachnoid. Disertai mual dan muntah, pusing, kejang, kesulitan menelan. Bahkan, terjadi kehilangan penglihatan atau kesulitan melihat, kehilangan keseimbangan atau koordinasi, hingga leher kaku dan sensitif terhadap cahaya.

Pada kasus yang berat, nampak pasien alami bicara tidak normal atau cadel, kesulitan membaca, menulis atau memahami pembicaraan, perubahan tingkat kesadaran atau kewaspadaan, kurang energi, mengantuk atau koma. Tak sedikit juga mengalami kesulitan bernapas dan detak jantung tidak normal jika perdarahan terletak di batang otak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya