Apakah Kamu Alami Obesitas? Yuk Cek di Sini

Ilustrasi obesitas/kegemukan.
Sumber :
  • Pexels/Andres Ayrton

JAKARTA – Angka kasus obesitas atau kelebihan berat badan di Indonesia mengalami peningkatan drastis. Menurut Wakil Menteri Kesehatan RI, dr. Dante Saksono Harbuwono, kasus obesitas di Indonesia memang mengalami kenaikan setiap tahun.

Resep Ramuan Herbal untuk Redakan Demam, Cuma Pakai 3 Bahan

Berdasarkan data Riskesdas tercatat kasus obesitas ada sekitar 15,3 persen. Sementara jika mengacu pada data Riskesdas 2018, kasusnya meningkat menjadi 21,8 persen. Jika tidak ditangani dengan baik, akan ada banyak penyakit yang bisa dialami pasien obesitas mulai dari masalah kardiovaskular, hingga diabetes.

Lantas kapan seseorang bisa disebut overweight? Terkait hal tersebut, spesialis gizi klinik, dr. Putri Sakti, MGizi, SpGK, AIFOK angkat bicara. Dalam program Hidup Sehat tvOne, Senin 14 Agustus 2023 mengatakan, seseorang yang disebut obsesitas jika perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan dalam m2 hasilnya di atas 23.

Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

"Atau paling mudah dari lingkar perut, meski dia memiliki berat ideal tapi jika laki-laki lingkar perutnya lebih dari 90 cm dan perempuan lebih dari 80 cm dia obesitas," kata dia.

Sederet Tips Jitu untuk Turunkan Berat Badan Setelah Lebaran

Lebih lanjut diungkap Putri Sakti bahwa untuk menurunkan berat badanpaya utama yang bisa dilakukan adalah dengan mengatur pola makan seperti defisit.

"Upaya dapat dilakukan dengan aman untuk bisa turunkan berat badan itu, 80 persen dari makanan, defisit kalori itu kita utamakan. 20 persen dari olahraga," kata dia.

Namun kata Putri jika sudah melakukan hal tersebut belum menunjukkan hasil. Umumnya pasien tersebut akan diresepkan obat untuk menurunkan berat badan sesuai rekomendasi yang aman penurunan berat badan oleh dokter. Obat pelangsing ini aman jika memang dikonsultasikan dengan dokter spesialis gizi.

"Tergantung kita di dunia medis masih diperbolehkan menggunakan obat untuk penurunan berat badan, tapi yang sudah evidance base atau sudah terbukti aman dan risikonya bisa dipertanggungjawabkan kita, dan harus dikontrol dokter gizi," kata dua. 

Tapi Putri tetap menekankan bahwa terapi penurunan berat badan dioptimalkan di asupan makanannya dulu. Namun bisa dilakukan terapi secara medis jika ada kondisi kesehatan tertentu yang diidap pasien.

"Kedua, baru nanti dilihat terapi medis, ini biasanya pasien obesitas baru diberikan ketika pasien obesitas grade 2 atau obesitas grade 1 dengan riwayat penyerta hipertensi, kolesterol tinggi, boleh diberikan. Paling bagus dengan resep dokter untuk tahu dosisnya," ujarnya.

Di sisi lain, terkait dengan obat herbal di pasaran yang mengklaim bisa menurunkan berat badan. Putri Sakti mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati.

"Apalagi herbal kita harus hati-hati lantaran jarang menyertakan dosisnya. Padahal herbal kalau dosisnya tidak tepat akan mengganggu fungsi ginjal, atau fungsi detoksifikasi di hati atau liver kita itu bisa membahayakan tubuh. Tanyakan ke dokter, herbal itu sudah terbukti aman, tidak semua herbal itu aman untuk tubuh kita," ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya