Mengembalikan Pamor Kopi Klasik

Kegiatan petani memetik biji kopi di hutan di Bandung, Jawa Barat
Kegiatan petani memetik biji kopi di hutan di Bandung, Jawa Barat
Sumber :
  • VIVA/Purna Karyanto

Untuk itu, harus ada perbaikan dalam proses produksi. "Untuk apa? Agar kualitas produksi terjaga, bukan cuma bicara kuantitasnya. Demi kelangsungan produksi kopi juga, kualitas di tanah perkebunannya harus dijaga," tutur Suradi.

Setali tiga uang, Uu Lendhanie, selaku mentor petani kopi di Desa Mekarjaya, Arjasari, Gunung Sangar, Kabupaten Bandung, menyatakan, harus ada keseimbangan dalam pengelolaan kebun kopi. Artinya, tak cuma memproduksi, tapi harus ada upaya pelestarian terhadap alam sekitarnya.

"Dari apa yang saya pelajari, hutan memberikan segalanya untuk tanaman. Ibaratnya, saling mendukung," ujar Uu. 

Pelestarian terhadap lingkungan juga penting. "Sebab, kopi nantinya akan jadi komoditi besar, diprediksi menjadi yang kedua setelah mineral dan energi," tuturnya.

Komoditas Menjanjikan

Tren coffee shop kini menjamur di Indonesia. Bukan cuma di kota-kota besar. Beberapa daerah juga terjangkit demam coffee shop.

Raksasa macam Starbucks, Tanamera, dan lainnya, kini harus bersaing dengan kedai-kedai yang punya brand sendiri. Dari fenomena ini, terbukti, tak cuma aroma kopi yang harum. Potensi bisnisnya juga sangat menggiurkan.

Pengakuan Suradi, 200 kilogram kopi bisa dijualnya dalam sehari. Variannya pun berbeda-beda.

Dan, pembelinya tak cuma dari dalam negeri. Turis mancanegara juga kerap datang ke Dunia Kopi Pasar Santa demi berburu kopi Indonesia.

“Ada dari Jepang, Korea Selatan, Rusia, Jerman, Prancis, Turki, dan lainnya. Kebanyakan dari mereka mau kopi Indonesia. Kaget juga, saat tahu saya jual kopi mancanegara," katanya. 

Geliat Kios Dunia Kopi di Pasar Santa Jakarta

Halaman Selanjutnya
img_title