SOROT 562

Dari Tolak Bala hingga Cari Nafkah

Ondel-ondel Betawi di Festival Pesona Lokal
Sumber :
  • VIVA/Shalli Syartiqa

VIVA – Tangan Abdul Alif mengayunkan sebilah golok, di pinggir Jalan Kembang Pacar, Kramat Pulo, Senen, Jakarta Pusat. Dengan cekatan, dia membelah-belah bambu.

Dibantu dua rekannya, pria 36 tahun itu merakit kerangka ondel ondel. Beberapa hasilnya berdiri kokoh dekat ayah tiga anak ini.

Tak hanya Alif. Di sepanjang bantaran kali menuju Pasar Gaplok, beberapa kelompok warga setempat pun sibuk membuat rangka barongan itu.

Ondel ondel yang sudah jadi lantas dipajang di depan rumah warga. Hampir setiap graha di permukiman padat penduduk itu terdapat ondel ondel. Lantaran itu semua, Kampung Pulo lantas dikenal sebagai Kampung Ondel Ondel.

Ondel-ondel

Ondel ondel

Menurut Alif, sebutan Kampung Ondel-Ondel muncul sekitar 2016. Namun, cikal bakalnya ada sejak 1985. Ketika itu, terdapat Sanggar Mamit yang didirikan almarhum ayahnya, Abdul Hamid. Sang ayah bersama sejumlah rekannya lantas memperkenalkan kesenian Betawi, di antaranya ondel ondel.

Lambat laun, sanggar tersebut menjadi terkenal. Sanggar pun berhasil merangkul pemuda setempat untuk peduli budaya Betawi.

Saat ini, banyak warga Kampung Pulo yang menggantungkan hidupnya dari membuat ondel ondel. Bahkan, tak sedikit para pemuda yang beralih profesi menjadi perajin boneka raksasa itu. “Jadi sekarang di sini banyak pengrajin ondel ondelnya. Dulu paling cuma empat orang doang, sekarang lihat aja, dari ujung ke ujung orang bikin ondel ondel," kata Alif kepada VIVAnews, Jumat, 19 Juli 2019.

Pembuatan ondel ondel tak hanya untuk suatu acara ataupun pajangan di kantor-kantor pemerintahan. Belakangan ini, pesanan banyak datang dari para pengamen ondel ondel. Dengan modal sekitar Rp2,5 juta hingga Rp4 juta sudah bisa membuat ondel ondel.

“Dalam waktu dua bulan pasti udah balik modal. Makanya sekarang banyak banget orang ngarak ondel-ondel," ujarnya.

Alif mengakui, menjamurnya mereka yang menjadikan ondel ondel sebagai alat untuk mengamen memiliki dampak positif dan negatif. "Positifnya sekarang orang jadi lebih tahu sama seni dan budaya Betawi. Negatifnya ondel ondel di jalanan menimbulkan pro kontra di mata warga sekitar," tuturnya.

Tolak Bala

Tradisi ondel ondel, menurut sejarawan JJ Rizal, memang mengamen. Konsepnya adalah sebagai alat tolak bala. Mereka "menjual" jasa pengamanan spiritual. Warga dan kampung yang didatangi arak-arakan ondel ondel justru merasa diuntungkan karena diamankan dari bahaya. Lantaran itu mereka membalasnya dengan nyawer.

Peduli Kesenian Tradisional, Idris Sandiya Kampanye Kreatif Lewat Ondel-ondel

Ondel ondel, menurut Rizal, merupakan suatu kebudayaan Betawi pra agama-agama besar dan kolonialisme datang. Warisan masa agraris Betawi ini bertahan dari yang semula sederhana bentuknya, dengan bahan sisa bertani serta panen, lalu menerima aneka pengaruh sampai menjadi seperti saat ini.

Rizal mengungkapkan, ondel-ondel dipengaruhi oleh kebudayaan Tiongkok. Dalam tradisi di sana, ketika seseorang meninggal, keluarga mengiringi jenazah bersama boneka raksasa.

50 Ondel-ondel di Taman Suropati Akan Sambut Kedatangan Prabowo-Gibran Saat ke KPU

Boneka raksasa itu diletakkan di depan para pengiring bernama Kaioshin. Orang-orang Betawi kemudian mengadopsi cara berpakaian boneka yang penuh warna ke dalam kesenian ondel ondel.

JJ Rizal

Segini Penghasilan Badut dan Ondel-ondel di Jakarta, Ada yang Sampai Rp500 Ribu per Hari

Sejarawan JJ Rizal

Berdasarkan laman kemendikbud.go.id, warna yang dominan pada ondel-ondel yaitu merah, hitam, dan putih. Warna merah pada ondel-ondel pria berarti marah. Hal itu lantaran fungsinya untuk menakut-nakuti setan atau roh-roh jahat. Sementara itu, warna putih pada ondel ondel perempuan menggambarkan sifat keibuan yang lembut.

Bagian kepala ondel ondel dibuat dari topeng, sedangkan rambutnya terbuat dari ijuk. Ondel ondel memiliki tinggi sekitar dua meter, dengan diameter sekitar 80 sentimeter.

Asal mula istilah ondel ondel tidak diketahui secara pasti. Konon, ondel ondel sudah ada sebelum Islam menyebar di Pulau Jawa. Dalam sebuah buku, W. Scot, seorang pedagang asal Inggris mencatat jenis boneka seperti ondel ondel sudah ada pada 1605.

Namun, lantaran perbedaan kultur dan budaya, Scot melihat tradisi Betawi hal yang asing. Alhasil, bentuk penyampaiannya hanya berupa gambaran secara kasat mata.

Sarana Hiburan

Seiring perkembangan zaman, ondel ondel yang semula berfungsi sebagai penolak bala, kini menjadi pertunjukan rakyat yang menghibur. Ondel ondel kerap menyemarakkan pesta rakyat dan berbagai acara lainnya.

Saat ini, Ketua Umum Sikumbang Tenabang, Ronny Sikumbang mengungkapkan, telah terjadi pergeseran makna kehadiran ondel ondel. Dulu ondel ondel sebagai sarana untuk mengusir setan-setan kecil yang ada di kampung-kampung, kini menjadi sarana hiburan semata.

Mengingat fungsinya yang sekarang sudah berubah, dia menyarankan sebaiknya seniman ondel ondel dibina secara serius oleh instansi terkait. “Jangan hanya mengkritik keberadaan pengamen ondelondel, tetapi kita tidak memberikan solusi yang memadai," ujarnya.

Ondel-ondel Betawi di Festival Pesona Lokal

Ondel ondel dalam sebuah acara

Menurut Ronny, ondel ondel dipakai mengamen tidak masalah. Hanya penampilannya harus diperbaiki. Misalnya, ondel ondel mesti sepasang, ada laki-laki dan perempuan. Peralatan musik yang dibawa mesti lengkap, bukan hanya dari compact disk (CD). Pemain ondel-ondel juga mesti berpakaian rapi dan tidak merokok karena sering ditonton oleh anak-anak.

Ondel ondel ataupun kesenian tradisional lainnya, menurut budayawan dan seniman Betawi, Yahya Andi Saputra, sudah biasa mengamen. Hal itu bahkan terjadi sejak zaman kolonial dahulu. Namun, ada aturannya dan harus tertib.

Saat ini, pengamen ondel ondel perlu perhatian dari semua pihak. Sebab, aksi yang dilakukan oleh oknum tertentu tersebut hanya mencari keuntungan tanpa mengindahkan kearifan lokal dan pakem. “Itu sesuatu yang membuat kita jengah,” ujar Yahya.

Soal peran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dia menilai, dari sisi pelestarian sudah cukup kuat. Hal itu antara lain karena pemerintah daerah sudah mengajukan ondel ondel sebagai warisan budaya tak benda pada sekitar 2015-2016. Di samping itu, sudah ada peraturan gubernur tentang ondel ondel sebagai ikon.

Namun di sisi lain, Pemprov DKI membiarkan ondel ondel dijadikan untuk mengamen. “Mereka membiarkan anak-anak pengamen menghina dan merendahkan sesuka hati mereka,” ujar Yahya.

Ondel-ondel Betawi.

Ondel ondel

Menurut JJ Rizal, Pemprov DKI Jakarta harus lebih memperhatikan kesenian ondel ondel dengan lebih mengenalkan sejarah ondel ondel. Untuk melestarikan budaya Betawi, termasuk ondel ondel, Pemprov DKI Jakarta perlu menertibkan kekacauan pikiran dan pengertian tentang ondel ondel pada seluruh jaringan bisnis mengamen ondelondel. Terutama tentang arti maknanya sebagai bagian dari tradisi budaya.

Sebab, itu ada standar-standar yang harus dijaga agar tidak terjerumus pada sesuatu yang "asal-asalan". Bahkan menjatuhkan nilai dari ondel ondel sebagai produk budaya.

Pemprov DKI, menurut Ronny, bukan hanya mesti membina dan membantu agar para pemilik ondel ondel mendapatkan rezeki dari hasil sewa. Tapi juga menempatkan ondel-ondel di gedung kantor pemerintahan sehingga city branding Jakarta menjadi kuat warna Betawinya.

“Coba kita lihat di Bali. Kalau kita mendarat di Bandara Ngurah Rai aja langsung terasa ambience Balinya. Nah, di Jakarta ini belum terlihat nyata,” ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya