Logo BBC

Mengapa Masih Ada Orang yang Menyangkal Pandemi COVID-19?

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

"Kita sering mendengar pendakwah-pendakwah ceramah bahwa kita perlu tawakal. Ada juga yang mengatakan tetap cuci tangan, tapi jangan terlalu khawatir karena kita tidak boleh bilang bahwa meninggal itu karena Covid tetapi karena ajal," kata Najmah.

Menurut Najmah, pemerintah tidak punya pegangan yang dapat mengubah pola pikir masyarakat dari kepercayaan yang sudah dibangun dari moral agama. Tidak ada lagi tokoh agama yang dipercaya masyarakat karena banyak tokoh agama telah mendekat ke kekuasaan dan menjadi bagian pemerintah.

"Menariknya, berdasarkan pengamatan kami di lapangan, tidak ada yang mengkoordinir untuk melakukan Covid denial ini. Malah oposan-oposan pemerintah terbesar dari kalangan Muslim, PKS, menganjurkan untuk vaksin lewat dewan syuro mereka," kata Najmah.

Mekanisme pelarian

Pakar sosiologi bencana dari Nanyang Technological University, Profesor Sulfikar Amir, yang terlibat dalam survei persepsi masyarakat terhadap Covid di Indonesia, tidak sepenuhnya menyalahkan pemerintah.

Ia berpendapat bahwa pada dasarnya ada kondisi-kondisi sosial tertentu yang membuat masyarakat rentan dipengaruhi oleh informasi-informasi yang tidak benar.

Sulfikar menyoroti bahwa penyangkalan terhadap Covid tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

Namun ketika ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa Covid itu nyata dan berbahaya, dengan peningkatan angka kematian, penuhnya rumah sakit dan pemakaman, serta kelangkaan oksigen, mengapa masih ada orang yang menyangkal bahaya Covid?

Salah satu kemungkinannya ialah karena penyangkalan berfungsi sebagai mekanisme pelarian atau coping mechanism. "Beberapa orang menyadari bahwa situasi sedang kritis namun memutuskan untuk tidak percaya demi menghindar dari kenyataan," kata Prof. Sulfikar.

"Informasi-informasi masuk ke masyarakat dengan mudah karena kemampuan masyarakat untuk mencerna informasi secara kritis itu sangat lemah, karena tidak adanya sumber informasi yang benar-benar valid yang dipegang oleh semua lapisan masyarakat."