Heboh soal Sinamot dalam Pernikahan Adat Batak, Jessica Mila dan Yakup Hasibuan

Yakup Hasibuan dan Jessica Mila
Sumber :
  • Instagram @jscmila

VIVA Trending – Jessica Mila dan Yakup Hasibuan akan menikah pada Jumat, 5 Mei 2023. Sebelum menikah, keduanya menjalani sejumlah prosesi adat Batak, antara lain Mangain, Marhusip, hingga Martumpol.

Anwar Fuady Ungkap Persiapan Pernikahannya di Usia 77 Tahun

Untuk diketahui Mangain adalah pelekatan marga kepada Jessica Mila yang bukan berasal dari Suku Batak. Peletakan marga ini bertujuan agar kedua calon pengantin dapat menjalankan adat Batak.

Diketahui, Jessica Mila mendapatkan marga Damanik, sesuai dengan marga ibunda dari Yakup Hasibuan, yakni Normawati Damanik. Marga ini diambil dari kakak pria Normawati yang mengangkat Jessica sebagai anak.

Foto-foto Kyarra Arunika Hasibuan Anak Jessica Mila Bikin Gemas, Netizen: Papanya Banget!

Menyusul kabar pernikahan Jessica Mila dan Yakup, media sosial turut dihebohkan dengan unggahan akun twitter @tanyarl soal sinamot jelang pernikahan keduanya. Banyak warganet yang dibuat penasaran berapa sinamot yang diterima Jessica.

Alasan Anwar Fuady Kepincut Wiwiet Tatung hingga Mantap Menikah di Usia 77

Adapun sejak artikel ini dibuat, unggahan itu telah menjangkau lebih dari 2,6 juta akun, dibagikan 1.556 dan dipenuhi ribuan komentar warganet. Lantas, apa itu Sinamot yang lekat dengan pernikahan adat batak?

Saat dikonfirmasi Direktur Batakologi Universitas HKBP Nommensen, Manguji Nababan mengatakan bahwa Sinamot adalah uang pengganti yang diberikan pihak pria ke pihak keluarga wanita.

“Ketika seorang perempuan Batak dipinang laki-laki marga lain. Dia masih tinggal bersama orang tuanya, dia kan bekerja untuk orang tuanya. Tenaganya dibutuhkan mengerjakan pekerjaan bersama orang tuanya. Ketika dia sudah dinikahkan, tentunya sudah kurang tenaga di keluarganya, karena dia nanti bersama suami. Maka sebagai pengganti dari tenaga yang sudah berpindah itu, itu lah diberikan sinamot itu," kata Manguji kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Dia menegaskan, secara filosofi, pemberian uang dari pihak pria ke pihak wanita itu bukan termasuk jual beli. “Tidak ada perempuan Batak yang dijual, jadi bukan peristiwa ekonomi. Itu bisa lebih dimaknai nilai, bukan harga," jelasnya

Manguji mengungkap bahwa sinamot ini sudah berlangsung sejak dahulu, bahkan sebelum adanya mata uang. Orang batak menjalankan tradisi sinamot menggunakan benda.

“Asal mula sinamot itu kan pemberian benda. Awalnya berupa benda, ketika belum ada mata uang. Wujud sinamot itu bisa ternak, emas, dan benda berharga lainnya. Seiring berjalannya waktu, kini sinamot diberikan dalam bentuk uang,” imbuh Manguji

Terakhir, terkait jumlah uang atau nilai benda yang dijadikan sinamot disepakati antara keluarga pria dan wanita yang akan menikah. Hal ini, kata dia, sesuai jenjang pendidikan dan pekerjaan si calon istri. Di samping itu, sinamot juga mengandung harga diri atau gengsi seseorang.

Nominal itu bisa lebih besar apabila calon pengantin perempuan merupakan lulusan sarjana, PNS, atau sejenisnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya