Semua Orang Bisa Jadi Superhero

- instagram.com/vinogbastian__
VIVA – Superhero atau pahlawan super yang orang tahu, hanya soal jagoan berkekuatan inhuman yang menumpas kejahatan, dengan pertarungan luar biasa seru nan menegangkan. Satu hal yang hampir terjadi di semua kisah superhero. Jagoan kalah dulu, setelah itu pasti menang.
Memang kisah superhero hampir pasti punya akhir yang bahagia. Mungkin juga itu yang membuat para penggemarnya tetap setia. "Karena hero-nya enggak mati-mati. Pasti kan jagoan selalu menang, jadi orang suka. Apalagi ada aksi-aksi yang menarik, baik di dalam komik maupun di filmnya," kata Noorca Marendra Massardi, pengamat film Indonesia kepada VIVA.
Ya, inilah daya tarik utama dari kisah superhero. Di balik ending-nya yang ketebak, meski habis mengalahkan satu penjahat, namun penjahat lain bakal terus muncul, penggemar tahu bahwa pada akhirnya jagoan pasti menang.
Dari sana kisah superhero memberikan motivasi tentang nilai-nilai keberanian dan kebenaran, di mana yang salah pasti kalah, yang jahat pasti mati.
Hal ini tidak dapat dipisahkan dari latar belakang dari diciptakannya komik superhero untuk pertama kali, yaitu hampir sembilan dekade lalu, tepatnya di era Perang Dunia ke-2. Kala itu komik-komik superhero merupakan salah satu propaganda yang dilancarkan AS selama perang tersebut berlangsung.
Alat Propaganda
Tokoh-tokoh superhero yang Anda kenal saat ini, baik dari DC Comics maupun Marvel sebenarnya diciptakan punya porsinya masing-masing dalam melancarkan propaganda. Demikian tertulis dalam kajian berjudul Comic Books and World War II: Buying into the War.
Total war adalah konsep yang asing bagi kebanyakan orang Amerika. Gagasan bahwa perang begitu menyita setiap pikiran dan tindakan kita adalah sesuatu yang ada di luar pemahaman. Namun, dalam Perang Dunia ke-2, orang Amerika menghabiskan setiap energi terakhir mereka untuk melakukan apa yang dapat dilakukan dalam usaha membantu memenangkan perang.